Sunarto nama aslinya, lahir di Wedi, Klaten, Jawa Tengah, tanggal 25  Agustus 1925 dari keluarga kurang mampu. Ayahnya, Partinojo seorang  pembuat sarung keris. Oleh karena kemiskinannya ini Sunarto kecil tak  dapat melanjutkan sekolahnya setelah putus sekolah angka "telu" pada  Standart School Muhammadiyah. Disudutkan pada situasi ekonomi yang sulit  ini, Sunarto yang sudah beranjak remaja ikut menopang ekonomi keluarga  dengan mencari uang melalui kemampuannya dalam bidang seni lukis. Merasa  mampu pada bidang kesenian lainnya, dia pun kemudian turut memperkuat  orkes keroncong "Sinar Purnama" sebagai pemain biola.
Minatnya yang besar pada dunia kesenian ini lebih tampak lagi ketika dia  melanjutkan sekolah di Lembaga Pendidikan Katolik. Terlebih-lebih  setelah perkenalannya dengan Ki Sastrasabdho pada tahun 1945. Oleh  pendiri Ngesti Pandowo ini Sunarto betul-betul ditempa kemampuannya  dalam mengenali dan mendalami instrumen gendang.
Lewat Ki Sastrasabdho pula, Sunarto mengenal dunia pewayangan. Maka  sejak itu pun Sunarto belajar mendalang . Antara Ki Sastrosabdho dan  Sunarto adalah ibarat "Warangka manjing curuga, curiga manjing  warangka", keduanya adalah satu kesatuan sebagai anak dan bapak. Oleh  karenanya kemudian Ki Sastrosabdho menganugerahi nama belakangnya kepada  murid kinasihnya ini menjadi Nartosabdho.



 
 
